Standarisasi Larutan HCL
STANDARISASI LARUTAN HCL
Laporan (Kedua) Praktikum Kimia Lingkungan
Doc. Vectorstock.com |
I. Hari/tanggal : Senin, 15 Oktober 2012
II. Lokasi : Laboratorium Kimia Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
III. Materi : Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
IV. Tujuan : Mengetahui seberapa tepat konstentrasi dari suatu larutan dan untuk mengetahui nilai faktorisasi dari suatu larutan.
V. Dasar Teori :
Analisa titmetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti dan berlangsung secara kuantitatif.
Berdasarkan jenis reaksinya, metode atau analisa titmertri ini dibagi menjadi empat golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri, dan titrasi pengendapan. Pada Praktikum kali ini, metode titmetri yang digunakan adalah metode asidimetri-alkalimetri.
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku basa. Oleh sebab itu, keduanya juga disebut sebagai titrasi asam-basa.
Titrasi adalah proses pengukuran volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain dan diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna, atau dengan kata lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalen.
Titik ekuivalen adalah saat di mana larutan yang dititrasikan menunjukan bahwa ekuivalen pereaksi-pereaksi sama. Namun pada praktiknya, titik ekuivalen sulit untuk diamati karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa, sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui.
Pada saat tercapai titik ekuivalen, penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dikenal sebagai indikator, yaitu senyawa organik yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu. berdasarkan pernyataan di atas, maka pada reaksi penetralan yang terjadi adalah jumlah ekuivalen basa. Sehingga prinsip yang berlaku adalah V1.N1=V2.N2 di mana normalitas sama dengan molaritas.
Pada praktikum kali ini, larutan baku yang dipakai adalah larutan baku primer HCl dan larutan baku sekunder Na2CO3, agar ketika kedua larutan tersebut dititrasikan dapat menghasilkan standarisasi larutan baku normal.
VI. Alat dan Bahan:
Alat:
1 Buret Asam
1 Glass Beaker
3 Labu Erlenmeyer
1 Labu Ukur
1 Pipet Volume
1 Neraca digital
1 Batang Pengaduk
1 Sendok kecil
Beberapa helai tisue
Alat tulis kertas
Bahan:
0,53 gr Na2CO3
HCl 0,1 N
Indikator MO
Aquadest
VII. Cara Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Sebelum digunakan, alat-alat yang akan dipakai dibersihkan terlebih dahulu.
2. Selanjutnya Na2CO3 sebanyak 0,53 gr di dalam neraca digital yang sebelumnya Na2CO3 dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
3. Melarutkan Na2CO3 yang telah ditimbang hingga homogen dengan aquadest sampai volume 100 ml.
4. Setelah homogen, diambil 25ml larutan Na2CO3 dengan pipet volume dan dipindahkan ke dalam labu erlenmeyer diulang tiga kali.
5. Meneteskan indikator M.O (metil oranye) sebanyak 3 kali ke dalam labu erlenmeyer yang berisikan Na2CO3 25ml.
6. Menambahkan 25ml aquadest ke dalam labu erlenmeyer yang berisi Na2CO3 25ml yang sudah diberi indikator MO.
7. Melakukan titrasi Na2CO3 dengan HCl sampai terjadi perubahan warna dari kuning hingga ke merah atau oranye sebanyak 3 labu erlenmeyer yang sudah disediakan.
VIII. Hasil Praktikum :
Data 1:
Volume awal: 10ml
Volume akhir: 34,9ml
Volume titrasi: 24,9ml
Data 2:
Volume awal: 0ml
Volume akhir: 23,2ml
Volume titrasi: 23,2ml
Data 3:
Volume awal: 0ml
Volume akhir: 24,7ml
Volume titrasi: 24,7ml
Jumlah: 24,9 + 23,2 + 24,7 = 72,8 ml
Rerata: 72,8 ml : 3 = 24,27ml
Hasil Perhitungan:
N. Na2CO3 = 0,53 ml : 53x0,1 = 0,1 N
N. HCl = 0,1 x 25 : 24,27 = 0, 10 N
F = 0,10 : 0,1 = 1 N
IX. Pembahasan :
Berdasarkan hasil yang didapat pada percobaan kali ini, di mana percobaan ini adalah untuk mengetahui konsentrasi tetap dan faktorisasi dari standarisasi larutan HCl. Ketika dilakukan titrasi, larutan berubah warna dari kuning menjadi merah konstan. Hal tersebut menandakan bahwa larutan telah mencapai titik akhit titrasi (titik ekuivalen), sehingga harus segera dihentikan.
Selain itu, sesuai teori, titran yang baik adalah titran yang faktornya bernilai 1 atau mendekati 1 (0,99 atau 0,98). Pada praktikum kali ini, faktorisasi dari larutan yang diperiksa bernilai 1, dengan demikian titran pada percobaan kali ini baik untuk digunakan dan tidak terjadi penyimpangan.
X. Kesimpulan :
Dalam percobaan kali ini, didapatkan nilai faktorisasi HCl 0,1 N sebesar 1N.
DAFTAR PUSTAKA
http:// chemistryoche. blogspot. com/2010/04/ titrimetri. html
http:// kimiadahsyat. blogspot. com/2010/08/ standarisasi-larutan-hcl. html
Yogyakarta, 15 Oktober 2012
Pembimbing Praktikan
(Naris Dyah P.) (Karimah Iffia R.) (Mia Nandha Sari)
(Mifta Nurhayati) (Septian Randa GP.)
Kata kunci: Standarisasi Larutan HCL, Kimia Lingkungan, Titrasi. Budayakan mencantumkan referensi pada daftar pustaka, trims. Silahkan tinggalkan jejak baik pada kolom komentar ya readers :)
semoga bermanfaat bagi adik tingkat jurusan Kesehatan Lingkungan (khususnya) dan bagi para pembaca yang membutuhkan, amin . . .
BalasHapusNilai B+ sebelum di revisi. yang saya postingkan ini yang sudah di revisi
BalasHapusWah jujur jadi nostalgia banget baca ini. Aku dulu jurusan tekim. Standarisasi HCL mah udah mainan sehari-hari. Apalagi titrasi gini uhhh seneng banget rasanya tiap hari bisa ngelab. Tapi sekarang kalo disuruh ngitung lagi bisa jadi lupa-lupa inget hehe. Mba Iffia kereennn. Semangat terus yaaa..
BalasHapus