Hadiah untuk Para Pemenang
Akhirnya, setelah berbulan-bulan tidak menulis di waktu senggang...
Akhirnya, setelah berhari-hari mengembalikan imunitas hati...
Akhirnya, setelah berjam-jam mengutak-atik blog yang nyaris tidak bisa terbuka kembali, terima kasih ini saya persembahkan untuk Mas Kuntet Walhi Yogyakarta yang menolong saya atas kekhawatiran saya terhadap anakan saya yang satu ini.
Kali ini akan kuceritakan hadiah bagi mereka yang berhasil sampai ketahap berbahagia atas setiap persaingan yang harus dikalahkan namun justru dengan kemenangan ini membuat hati seseorang menjadi lebih bijak.
Kali ini akhirnya aku tuliskan sesuatu dari berbagai perjalan mendaki yang telah aku lewati sejak pertama kali di Puncak Gunung Merapi beberapa tahun silam. Aku sadar aku banyak berhutang tulisan, sedang waktuku belum cukup banyak untuk membayar semua janji itu. Mungkin satu ulasan ini bisa membayar keseluruhan hutang tulisanku yang selalu menjadi yang tertagih.
Aku berjanji pada adikku, ditengah patah hatinya, disaat ujian nasional melingkupinya, disaat juz-juz terakhir nyaris diselesaikannya, "suatu hari nanti kita akan mendaki bersama". Pada akhirnya hari itu tiba, aku tanyakan padanya, kami mengatur jadwal.
Jujur, aku tidak akan berani mendaki tanpa ada kuncennya, siapapun itu. Tapi sejauh ini, setiap aku mendaki, hanya ada temanku yang perawakannya seperti Lupus yang selalu menjadi partner mendaki. Oleh karena itu aku mengajaknya, kami kebingungan, kurang personil. Lantas dengan Kun Fayakun Tuhan mengirim bala pasukan, 5 personil tambahan. Genap sudah kelompok pendakian ini, meski ini adalah perjalanan pertama mereka, dan meski ini adalah gunung yang aku singgahi ketika raut hatiku bermuka masam. Tapi itu semua tidak menjadi persoalan, kami solid dan ummul Qur'an menjadi pelindung perjalanan kami yang santai dan sangat menyenangkan. Menyenangkan ketika momen itu dilingkupi oleh orang-orang yang dapat menentramkan hati...
Selang 2 jam kami sampai di puncak gunung dengan ketinggian 1726 Mdpl (cukup baik untuk pemula, tidak terlalu melelahkan), sudah mulai ramai tapi kami termasuk pendaki yang mendapatkan tenda dengan tempat yang "pas" pemandangannya, nyaman, dan aman. Ingatanku berputar seketika pada hari itu, dimana banyak dendam yang aku luapkan saat pendakian pertama ke gunung ini sehingga hanya memakan waktu satu jam untuk mendaki, tapi bukan sumpah serapah yang terucap dan tertulis. Aku menuliskan sesuatu yang kelak akan menjadi hadiah untukku dan mereka yang disekelilingku.
Dengan sedikit alay, aku mengirim ucapan untuk adikku, terapal do'a dari aku yang saat itu teraniaya "semoga lulus UN dan lolos SNMPTN" do'aku untuk adik yang selama ini telah aku asuh sejak ia berusia TK. Sedang do'a untukku, aku hanya menulis "see you on top; khatam 30 juz dan wisuda tepat waktu".
Tanpa diduga, atas banyak rapalan do'a dari banyak orang, hari itu mendaki gunung ini untuk yang kedua kali adalah Hadiah untukku, untuk adikku, untuk setiap personil yang ikut serta di pendakian ini. Aku kembali melihat aku berada di atas, beberapa minggu selepas mendaki, aku mengkhatamkan dan mewisudakan hafalan al-Qur'anku di sepasang dzurriyah dari Mbah Hamid Pasuruan dan Mbah Ali Ma'sum (yang sangat aku kagumi dan patut menjadi suri tauladan). Kemudian beberapa bulan setelah itu aku seminar proposal, dan sampai saat ini sebentar lagi aku akan menuju pendadaranku (semoga berjalan mulus seperti yang telah didoakan oleh KH. Mu'tashim Billah). Itu semua merupakan hadiah bagiku. Aku memenangkan pertarungan dengan hati, fisik, batin, dan fikiranku yang saat itu berada di tengah badai.
Kemudian aku kembali mendapatkan hadiah yang kini menjadi milik adikku. Disandingkan dengan do'a dari setiap sanak famili dan kerabat yang kami temui, adikku berhasil lulus UN dan lolos SNMPTN di pilihan pertama, yaitu Universitas Indonesia program studi Pendidikan Dokter Gigi. Tulisanku yang sedikit alay itu terkabul. Dan yang lebih membahagiakannya, ia juga sudah mengkhatamkan hafalannya meski belum diwisudakan, semoga Allah menyegerakannya, aamiin.
Terakhir, meski aku tidak benar-benar mengerti hadiah untuk keenam teman pendakianku, tapi aku yakin, kami semua berhasil mendapatkan hadiah dan kami semua adalah pemenang.
Gunung Andong, 1726 Mdpl
Semoga luruh dan terbayarkan sudah hutang atas tulisanku :)
good jobs..👍👍👍
BalasHapusWah terharu... Baik banget kakaknya....
BalasHapuswaah.. ibu Kafa ternyata anak gunung juga ya dulu, pantes nampak seterong gitu sampek sekarang :D
BalasHapusWuih keren kak hobi mendaki ya.. aku malah belum pernah. Mendaki ke Bromo tapi naik Jeep pernahnya haha
BalasHapus