Surat Cinta Istimewa edisi HUT Kafabillah
Surat Cinta Istimewa Edisi HUT Kafabillah |
Akhirnya tanggal
6 Desember 2019 tiba juga. Itu artinya, genap satu tahun usia Kafa. Selamat ya
nak, doa-doa terbaik akan selalu ibu usahakan untuk ibu panjatkan kepada Tuhan
wa bil khusus untukmu. Karena satu dan sekian hal, maafkan ibu yang berencana untuk
tidak merencanakan perayaan apapun di hari kelahiran pertamamu ini.
Awalnya ibu
kira Kafa akan ultah dan dirayakan di Magelang, tetapi ternyata Kafa dan Ibu
pulang ke Jakarta, sehingga saat hari ulang tahun kafa, ayah tidak bisa hadir. Maafkan
ibu yang tidak berupaya lebih, semua tart dan balon-balon, ditemani bude Tia ibu
beli seperti tahu bulat alias dadakan padahal sebetulnya Ibu bisa memberikan
yang lebih dari itu.
Baca juga: Surat Cinta Kesebelas
Maafkan ibu yang tidak membuat selebrasi seperti ulang
tahun pertama ‘pada umumnya’. Karena ibu fikir saat ini kafa belum butuh itu,
kafa belum mengerti tentang perayaan, tiup lilin, kado, dan sejenisnya. Meski
begitu, pelukan, keluarga yang hangat, senyuman, kasih sayang, doa-doa tulus
lah yang ibu usahakan untuk ibu hadirkan di setiap hari Kafa.
Maafkan ibu juga
lagi-lagi telat menulis surat cinta untuk Kafa. Akhir-akhir ini ibu jarang
membuka laptop karena laptop ibu masih dalam masa perbaikan, karena saat ini
ibu sedang libur sholat, maka ibu fikir, inilah saat yang tepat untuk menulis
surat cinta yang tertunda untuk Kafa.
Selama sebulan
terakhir, banyak sekali yang sudah ibu lalui bersama kafa. Terlebih ketika ibu
dan kafa akhirnya memutuskan untuk menjalani hari-hari di Jakarta ketika ayah
mengurus pesanan kayu yang kemudian hari berencana untuk mencoba peruntungan di
Samarinda. Sebenarnya banyak hal yang ibu pertimbangkan, apalagi terkait Kafa.
Mulai dari Kafa bangun tidur hingga Kafa terlelap di malam hari. Atau hal-hal
seperti mencuci baju, karena mesin cuci di rumah Yangti dan Engkong saat itu
rusak dan belum diperbaiki, sehingga untuk cuci-mencuci harus manual atau
menggunakan tangan. Tetapi setelah ibu fikir-fikir lagi, ah sama aja, di Magelang juga kalau air lagi habis ya nyuci pakai
tangan gak bisa pakai mesin cuci.
Dan ternyata ya setelah ibu lalui
hari-hari di Jakarta bersama Kafa untuk persoalan cuci-mencuci dan lain-lain ya
sesantai itu, ibu tetap bisa mengurus Kafa dan mengerjakan pekerjaan yang
lainnya, tak selelah yang ibu bayangkan. Akhirnya
pikiran-pikiran halu itu ibu tepis jauh-jauh, belum apa-apa kok sudah ketakutan. Lagi pula, mumpung ada
kesempatan, kapan lagi kan ibu bisa mudik ke Jakarta dalam jangka waktu yang
lama?
Baca juga: Surat Cinta Kedelapan
Meskipun pada akhirnya Ibu harus memberanikan diri pergi ke Jakarta
seorang diri membawa Kafa dalam perjalanan dengan kereta api. Ya karena apalagi
kalau bukan kendala di biaya? Tetapi ternyata setelah dilalui sangat
menyenangkan, walaupun awalnya dagdigdug derrrr.
Ternyata the power of Sounding
Alhamdulillah sering kali berhasil. Kafa sangat menikmati perjalanan dan mau
bekerja sama dengan ibu Selama di perjalanan. Rewelnya hanya ketika mengantuk
dan ingin rebahan. Tapi akhirnya semua itu berlalu. Ibu bahkan bisa membuat
satu thread untuk pengalaman naik
kereta hanya berdua bersama Kafa. Kapan-kapan akan ibu post ya :)
Namanya
anak-anak, pasti ada masa lupa-lupa ingat terhadap anggota keluarga yang jarang
bertemu. Sesampainya di Jakarta, anggota keluarga yang langsung bisa akrab
dengan Kafa adalah Kakak Y yang saat itu berusia 3 tahun. Selebihnya Kafa menganggap
anggota keluarga di Jakarta adalah stranger.
Akhirnya, setiap kali digendong oleh Yangti, Engkong, Bude Tia, Bude Bila,
Bulek Ririn, Kafa langsung menangis dan merengek mencari Ibu. Untungnya keadaan
ini tidak berlangsung lama. Pada akhirnya Kafa mulai beradaptasi dan memudahkan
kegiatan yang harus ibu lakukan selama di Jakarta.
Hal pertama yang
membuat Ibu panik dalam mengurus Kafa di Jakarta adalah ketika Kafa harus
mandi. Biasanya di Magelang, Kafa masih mandi dengan bak bayi, tetapi karena di
Jakarta tidak ada bak bayi, mau tidak mau, akhirnya Kafa harus mulai
beradaptasi untuk mandi dengan berdiri sambil berpegangan ke bak kamar mandi.
Untungnya Kafa sudah bisa berdiri cukup tegak, sehingga hanya beberapa kali
Kafa nyaris dana tau terjatuh ketika mandi. Walaupun terjatuh, tetapi Kafa
jarang sekali menangis J
Malah semakin hari semakin pintar berkeliling kamar mandi melihat dan
menunjuk-nunjuk keramik bergambar ikan di dinding kamar mandi setiap kali sesi
mandi berlangsung.
Baca juga: Surat Cinta Keempat
Adaptasi
selanjutnya adalah kasur lantai. Karena di rumah Yangti tidak menggunakan springbed, sering kali di awal-awal
hidup di Jakarta, Kafa sering kepentok kepalanya
ketika bangun atau hendak tidur. Biasanya kalau di Magelang kan dimana-mana ibu
sediakan kasur, jadi Kafa sering bergulung-gulung ria tanpa harus terjembab dan
benjol karena jatuh di lantai. Tetapi hal ini juga tidak berangsur-angsur,
beberapa hari kemudian Kafa sudah tidak menjembabkan diri ke lantai.
Kemudian waktu
makan. Meskipun ibu sudah menyiapkan MPASI Instan agar memudahkan ibu ketika
waktu makan tiba, dan Kafa jufa sudah mulai bisa memakan nasi, tetapi ibu tetap
saja agak panik. Jadi ibu agak berhati-hati, Ibu lebih memilih memberi makan
secukup dan se-mood nya Kafa daripada
Kafa trauma makan yang kemudian hari bisa menambah beban ibu jika sampai
terjadi trauma.
Ibu mencoba untuk chill,
ya sudah kalau memang pas maunya makan sebanyak 1 sendok makan orang dewasa ya
gakpapa. Alhamdulillah Kafa lebih sering makan banyak daripada sedikit makan
dan itu sangat membantu Ibu. Selama di Jakarta jadwal makan Kafa sudah tiga
kali. Pagi hari makan bubur MPASI Instan yang diberi campuran abon, kemudian
siang dan sore atau malam hari nya menu makan Kafa adalah masakan keluarga.
Menu keluarga yang paling sering Kafa makan adalah ikan kembung dana yam
goring, sesekali bakso.
Akhirnya setelah
6 bulan Kafa tidak berenang, Kafa kembali lagi bermain di wahana kolam renang.
Awal-awalnya sebelum nyemplung di
dalam air, Kafa sangat bersemangat. Setelah tau airnya dingin, Kafa selalu
berpegangan erat dengan ibu dan menolak mengambang di ban spiderman yang sudah Engkong belikan.
Untungnya semakin lama Kafa mulai
mau main kecipak kecipuk alias
menepuk-nepuk air. Yang ibu sayangkan adalah sepatu Kafa yang tertinggal di
tempat wahana bermain air. Karena itu adalah sepatu terkecil dan termuat yang
bisa Kafa pakai dari 3 pasang sepatu yang Kafa punya.
Akhirnya walaupun saat
itu Kafa belum bisa berjalan, beberapa hari kemudian, ibu membelikan Kafa
sandal cit cit alias sandal yang bisa berbunyi. Waktu itu yang ibu fikirkan,
barang kali dengan sering pakai sandal, jadi otot kaki Kafa semakin kuat
sehingga Kafa bisa lebih cepat untuk berani berjalan sendiri.
Viola! Ternyata benar! Tepat di
penghujung awal Desember, Kafa bisa melangkah sebanyak 3 langkah, usianya saat itu nyaris satu
tahun. Satu tahun kurang 5 hari. Setelah itu, akhirnya Kafa semakin sering
berdiri, semakin bisa menyeimbangkan diri dan bisa berdiri sendiri tanpa harus
dibantu.
Persis seperti yang Nenek Aam bilang, katanya kalau bayi sudah bisa
jongkok kemudian berdiri sendiri dari posisi jongkoknya, maka sebentar lagi
pasti bisa berjalan. Alhamdulillah semua proses itu sudah Kafa lalui dan proses
berjalan Kafa sangat memudahkan ibu karena ibu tidak perlu repot-repot memapah
Kafa berjalan :)
Selama Kafa di
Jakarta juga Kafa sering bersilaturahmi baik bersama anggota keluarga yang berdomisili
atau yang tidak berdomisili di Jakarta maupun teman-teman Ibu yang berniat
bertemu dengan Kafa. Kafa bertemu dengan keluarga dari Engkong ketika menjenguk
Om Adil di Majalengka dan Tante Kiky di Bandung.
Saat itu Kafa sempat masuk
angin dan malas makan, baju Kafa juga habis terkena muntahan. Akhirnya Ibu
membeli baju piama baru untuk Kafa di rest area. Selain keluarga, Kafa bertemu
dengan teman-teman Aliyah Ibu seperti Tante Bedri, Om Ahya, Pakde Mardhon tepat
saat Kafa berulang tahun.
Kafa juga bertemu dengan teman-teman SMP Ibu di
Cikampek saat menghadiri resepsi pernikahan salah satu teman. Kafa bertemu
dengan Una anaknya Mama Vani, Lubna anaknya Mama Qonita, Azhar anaknya Mama
Tim-tim, dan Om Imam. Di Cikampek juga Kafa menghadiri akad dan resepsi Uwa
Ardi anaknya Nenek Mama dan bertemu banyak keluarga dari Yangti yang menghadiri
acara namun tidak berdomisili di Tanah Sereal.
Acara pernikahan
yang Kafa hadiri di Cikampek berbeda hari, Sabtu dan Minggu. Akhirnya Ibu
memutuskan untuk naik kereta dari Stasiun Tanjung Priuk – Stasiun Cikampek pada
hari Jum’at. Alhamdulillah, meski bawaan Ibu cukup banyak, Ibu dan Kafa
mendapatkan kursi untuk duduk.
Bahkan sesampainya di Stasiun Cikampek, ada
bapak TNI bernama Imam B. yang bersedia menolong Ibu untuk membawakan tas
perlengkapan Kafa. Sesampainya di Cikampek, Ibu nostalgia bersama Mama Una yang
keesokan harinya barulah bertemu dengan teman-teman ibu yang lainnya dan pada
hari Minggu Ibu dijemput oleh Yangti untuk menuju tempat akad dan resepsi Uwa
Ardi yang tidak jauh dari tempat tinggal Mama Una.
Tidak hanya
pergi berdua bersama Kafa ke Cikampek, Ibu dan Kafa juga pergi berdua ke
Cirebon selama 5 hari. Waktu itu ibu mendapatkan broadcast akan ada Women
Writing’s Conference (WWC) yang diadakan oleh Mubaadalahnews.com dan
Institut Fahmina.
Iseng-iseng karena laptop Ibu sedang rusak, sambil menyusui
Kafa, Ibu membuka aplikasi note di ponsel ibu dan mulai membuat naskah yang
harus Ibu kirimkan ke panitia untuk di seleksi dalam rangka mengikuti
konferensi tersebut. Alhamdulillah dari sekian ratus naskah, ternyata naskah
Ibu masuk, akhirnya mau tidak mau dari Cikampek, Kafa bersiap ke Cirebon.
Saat
itu ibu tidak bilang kepada panitia bahwa ibu akan membawa Kafa, tetapi
ternyata ada peserta lain yang konfirmasi kepada panitia akan membawa anaknya
ke acara tersebut dan sedang mencari daycare.
Padahal saat itu sedang booming kasus
di Kalimantan ada anak balita hilang dari daycare
dan ditemukan dalam keadaan tewas.
Ternyata Allah berbaik hati dan
memberikan kabar melalui pernyataan panitia WWC di grup whatsapp yang berisikan bahwa penyelenggara WWC menyediakan panitia
dari Mahasiswa ISIF yang ditugaskan khusus untuk menjaga anak-anak peserta WWC
selama kegiatan WWC berlangsung. Masya
Allah tabarokallah, sebuah bantuan psikis yang luar biasa untuk meringankan
tugas ibu-ibu dalam mengurus anak yang kami bawa di acara tersebut.
Yang ibu syukuri
lagi, Kafa sangat anteng dan kondusif selama di Cirebon, jarang sekali
menangis, menangis hanya ketika mengantuk tetapi tidak bisa tidur karena mau direct breastfeeding (dbf). Mandi juga
tidak kesulitan karena dari hotel sudah disediakan air hangat, awal-awalnya
saja Kafa kaget dengan air yang muncul dari shower.
Waktunya makan juga mudah, meski Ibu sudah wanti-wanti untuk membawa MPASI
Instan, tetapi karena Kafa sudah bisa memakan masakan keluarga, maka Ibu coba
tawarkan menu sajian pihak hotel yang ibu santap, alhamdulillahnya Kafa suka.
Hanya di hari terakhir Kafa malas makan. Nantinya akan ibu tulis di postingan yang berbeda tentang acara
ini, mudah-mudahan dalam jangka waktu dekat.
Selesai 4 hari
mengikuti acara WWC, akhirnya Ibu bertemu dengan Mama Salsa atau Hera teman
semasa SD ibu yang bersedia bertemu dan mengantarkan ibu ke Pesantren
Madrasatul Huffadz 1 di Gedongan. Sebelum menuju ke Gedongan, Ibu dan Kafa
diajak berkeliling Keraton Kasepuhan dan mendengarkan cerita-cerita tentang
Raden Kiansantang dari guidetour yang
mengantarkan kami.
Alhamdulillah selama perjalanan menuju Gedongan Kafa
akhirnya mau makan pudding alpukat yang Mama Salsa bawakan. Hanya saja karena
mengantuk atau bosan, akhirnya kafa rewel sebelum sampai di Gedongan. Sesampainya di
Gedongan, Kafa bertemu dengan teman SMP Ibu yang baru saja melahirkan putri
pertamanya.
Di pondok tersebut Kafa juga anteng, mau diajak ke kamar santri dan
ikut menyantap masakan rumah yang telah disediakan. Saat tau akan ke Cirebon,
Ibu memang sengaja mampir ke Gedongan, karena sudah sejak lama ibu ingin sowan
ke orang tua teman Ibu yang juga adalah bunyai dari pondok tersebut.
Keesokan
harinya, walau pun agak susah mencari taksi online di daerah tersebut,
Alhamdulillah lagi-lagi Allah berbaik hati membawakan kepada kami Elf yang
rutenya menuju Stasiun Cirebon. Alhamdulillah kami bisa sampai stasiun sebelum
jam keberangkatan. Walaupun perjalanan pulang ke Jakarta harus dilalui dengan
ketidaknyamanan Kafa karena pup, tetapi akhirnya Ibu dan Kafa sampai di rumah
dengan selamat.
Alhamdulillah,
meskipun selama tinggal di Jakarta beberapa kali Kafa lagi-lagi terkena ruam
popok (yang membuat ibu ingin pulang ke Magelang dan memakaikan Kafa clodi
lagi) dan atopik Kafa kembali muncul karena harus beradaptasi dengan kondisi,
cuaca dan lingkungan di Jakarta, tetapi ibu sangat sangat bersyukur, terlebih
perkembangan kafa selama satu bulan terakhir ini.
Selain bisa berdiri dan
berjalan sendiri, Kafa juga sudah bisa mengikuti ritme musik dan menggoyangkan
badan apabila mendengarkan instrumen musik. Kafa juga semakin pintar bablingnya dan semakin ekspresif. Ibu
semakin mudah mencerna ocehan-ocehan dan gerak gerik Kafa, begitu pun dengan
Kafa yang juga mulai sedikit demi sedikit mengerti ucapan Ibu.
Mungkin cukup
sekian ya nak surat cinta kali ini, sudah ada lebih dari 2000 kata yang ibu
rangkai dalam surat ini. Jika sewaktu-waktu ada yang ibu ingat lagi, pasti akan
ibu tulis. Peluk cium untuk anak ibu, muridnya Habib Umar, santrinya Kyai
Tashim dan Gus Baha’. Sehat dan Bahagia selalu ya nak, semangat untuk naik
bulan berikutnya. Love you.
lucu mba dedeknya. gemessss ehehehe
BalasHapusMiladuka saidd adek Kafa. Semoga sehat selalu yaa. Selamat bertumbuh menjadi anak yg ceria, bahagia dan dilingkupi oleh orang2 yang membuatmu nyaman dimanapun. Salam ketjup dari kakak Nahla.
BalasHapus