Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

TRADISI KURBAN DAN IDULADHA DI MASJID AL-MAHALLIE

Alhamdulillah sudah memasuki bulan dzulhijjah, artinya sebentar lagi umat Islam akan melaksanakan Lebaran Haji atau Iduladha. Tentu akan ada banyak masyarakat yang ingin berkurban juga masyarakat yang ingin menerima daging kurban tersebut.

Biasanya distribusi daging kurban diamanahkan di lembaga-lembaga kemanusiaan, organisasi, pemerintah, dan juga pengurus masjid. Hal tersebut berlaku juga di Masjid al-Mahallie Jakarta. Kalau pas saya sedang berada di rumah, biasanya ibu dan ayah saya meminta saya untuk ikut andil dalam kegiatan ini.


Tradisi Kurban dan Idul Adha
Design by Canva

Nah, tradisinya apa saja? Silahkan dibaca pelan-pelan ya ulasan ini, barangkali bermanfaat dan bisa diaplikasikan di masjid sekitar teman-teman.

Pra Iduladha

Membuka Penerimaan Kurban

Nah, kalau kegiatan ini teman-teman mungkin sudah paham dan biasa ya. Beberapa masjid biasanya mengumumkan di pengeras suara. Ada juga yang mengumumkannya dengan memasang spanduk dan menulis daftar donatur kurban di papan pengumuman masjid, sehingga jama'ah masjid dapat mengetahui siapa saja yang berkurban.

Kalau di Masjid al-Mahallie biasanya donatur langsung menghubungi ayah saya selaku ketua yayasan Masjid al-Mahallie. Kadang-kadang kalau pas saya di rumah, beliau meminta saya untuk menanyakan ke jama'ah masjid yang masih dalam hitungan "tetangga". Biasanya khusus donatur ini adalah lingkaran keluarga, kerabat dekat, dan juga tetangga.

Seringnya donatur kurban juga datang dari rekanan ayah saya baik rekanan personal maupun kelompok, misalnya dari Kapolsek Tambora, kadang-kadang beliau menyumbang satu sapi. Ada juga masyarakat yang ikut berkurban sapi dengan cara patungan. Hal ini lumrah dan terjadi dimana-mana. Biasanya satu sapi untuk tujuh donatur dengan rentang harga kisaran 20-21 juta rupiah.

Tidak hanya dari patungan, ada juga masyarakat yang tiba-tiba mengantarkan hewan kurbannya ke depan pelataran masjid. Kalau yang seperti ini biasanya donaturnya individual dan hewan kurbannya berupa kambing. Akan ada banyak hewan kurban berdatangan sampai malam hari bahkan terkadang pagi hari menjelang sholat Iduladha.

Uniknya, karena Masjid al-Mahallie berada disekitar pemukiman pecinan, maka ada pula beberapa masyarakat non-muslim yang berkurban kambing. Biasanya mereka yang menyumbang adalah pemilik konveksi yang tempat usaha konveksinya berada di sekitar masjid. Tidak hanya hewan kurban, kadang-kadang panitia pun diberikan kaos seragam untuk digunakan pada hari H.

Mendata Penerima Kurban dan Hewan Kurban

Jika sudah lengkap, biasanya panitia penyelenggara kurban akan mendata keseluruhan hewan kurban yang diberikan. Nantinya, hewan-hewan ini akan diberi name tag dengan nama donaturnya, misal Zaid bin Fulan. Untuk yang berkurban secara kolektif, satu name tag  berisi banyak nama.

Selain itu tentu panitia juga mendata warga sekitar masjid yang akan menjadi penerima daging kurban. Selain warga sekitar dan donatur, biasanya daging juga didistribusikan kepada yatim piatu, dhu'afa, janda, lansia, para khatib shalat Jum'at dan guru-guru yang mengisi kegiatan di masjid al-Mahallie. Karena sebelumnya sudah pernah mengadakan kepanitiaan pemotongan hewan kurban, maka biasanya ibu saya (selaku pendata) menggunakan data sebelumnya dan diperbaharui dengan data terkini, seperti menghilangkan daftar warga yang sudah meninggal atau pun menambah daftar anak yatim dan sejenisnya.

Iduladha

Seperti perayaan Iduladha pada umumnya, ketika sudah memasuki adzan maghrib tepat bergantinya tanggal 9 menjadi 10 dzulhijjah, masjid al-Mahallie menggelar takbiran bersama di dalam masjid dari maghrib hingga dini hari. Lafadz takbirnya tentu teman-teman juga biasa mengumandangkannya.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. La ilaha illa Allahu wa Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahilhamd.
 
Lafadz Takbiran
Niat sholat Iduladha dan lafadz takbiran.
Sumber: Majmu'atul Aurod PP. Sunan Pandanaran


Pagi harinya masjid al-Mahallie menggelar sholat Ied bersama masyarakat sekitar. Seperti pada umumnya, berikut tata cara sholat Iduladha di masjid al-Mahallie:
1. Melafalkan niat dengan lafal sebagai berikut:
 أُصَلِّيْ سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًاإِمَامًا) لِلهِ تَعَــــــــالَى
Bacaan latinnya: usholli sunnatan li'idil adha rok'ataini (imaman/ma'muman) lillahi ta'ala. Artinya "aku berniat shalat Iduladha dua rakaat sebagai imam atau mam'mum karena Allah Ta'ala.
2. Takbiratul ihram
3. Membaca do'a iftitah
4. Takbir tujuh kali untuk rokaat pertama dianjurkan membaca 
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Bacaan latinnya: Allahu akbar kabiro, walhamdulillahi katsiro, wa subhanallahi bukrotaw-wa ashila. Artinya: Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Maha Suci Allah baik diwaktu pagi dan petang.
5. Membaca surah al-Fatihah kemudian dilanjutkan dengan membaca salah satu surah atau ayat dalam al-Qur'an, dianjurkan untuk membaca surah al-A'la.
6. Rukuk, i'tidal, sujud pertama, duduk diantara dua sujud, sujud kedua, kemudian bangkit kembali untuk roka'at kedua
7. Roka'at kedua dimulai dengan membaca takbir lima kali.
8. Kemudian membaca surah al-Fatihah kemudian membaca salah satu surah atau ayat dalam al-Qur'an, dianjurkan membaca surah al-Ghasyiyah.
9. Mengulang poin 6 lalu duduk tasyahud akhir kemudian mengakhiri shalat dengan salam.
10. Setelah selesai sholat dianjurkan untuk mendengarkan khutbah hingga selesai.
11. Khutbah selesai jama'ah membentuk lingkaran untuk bersalaman.

Idul Adha di masa Pandemi
Dokumentasi Iduladha tahun lalu

Pasca Iduladha

Takbir

Pada momen Iduladha, tentu di masjid al-Mahallie juga memperbanyak takbir mulai dari ba'da maghrib memasuki 10 dzulhijjah hingga hari tasrik yaitu 11 sampai 13 dzulhijjah. Takbir biasa dikumandangkan setiap selesai shalat wajib lima waktu.

Menyembelih Hewan Kurban

Jika sudah selesai sholat Iduladha, biasanya santri masjid al-Mahallie dibantu oleh beberapa warga menyembelih hewan kurban. Total rewang dan panitia dadakan berkisar 15-25 orang. Sebelum penyembelihan dimulai ada sambutan dari ketua yayasan masjid al-Mahallie dan biasanya setelah itu diawali dengan penyembelihan kambing lalu dilanjutkan dengan hewan kurban lainnya hingga tidak tersisa lagi hewan kurban.

Membungkus Daging dan Memasak Sup Iga

Eh, kok ada masak sup iga segala. Iya, memang tradisi di masjid al-Mahallie, panitia akan disediakan makan siang berupa sup iga kambing. Oleh karena itu yang pertama kali disembelih adalah kambing yang sebagian dagingnya akan diolah menjadi sup iga. Tim memasak ini biasanya dikoordinir oleh Chef Yangti alias neneknya Kafa dan dibantu oleh beberapa co-chef, diantaranya adalah anak-anak ibu saya (kalau ada saya, biasanya saya nimbrung juga seperti tahun lalu padahal sedang hamil Kafa) dan juga istri-istri dari santri masjid al-Mahallie yang hadir hari itu.

Saya jamin, kalau teman-teman mencicipi sup iga ini tidak akan terasa sama sekali bau prengus kambing. Bahkan kadang ada yang tidak menyangka bahwa sup iga tersebut adalah 100% daging kambing. Biasanya ibu saya mengolah sup ini sebanyak satu panci besar untuk panitia.

Jadi sambil menyembelih hewan kurban, ada aktivitas lainnya. Beberapa panitia mulai memotong bagian daging dan tulang hewan kurban. Beberapa lagi membungkus daging kurban yang sudah dipotong-potong sesuai takaran. Dan sisanya menyiapkan makan siang panitia. Kegiatan ini berlangsung di dalam aula masjid dan akan berlangsung seharian serta daging akan mulai didistribusikan pada sore hari. Kadang-kadang kegiatan ini diisi dengan canda tawa dan berbalas pantun.

Pendistribusian Daging

Seperti penyelenggara pada umumnya, tentu daging harus segera didistribusikan mengingat penyelenggara juga tidak menyediakan freezer untuk menampung daging dalam jumlah besar. Masyarakat yang akan mendapatkan daging seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya adalah masyarakat yang sudah masuk dalam daftar penerima daging kurban.

Jujur bagi saya ini yang paling sulit dan memusingkan. Tetapi anehnya ibu saya bisa-bisa saja. Mungkin karena sudah hafal dengan warga kali ya, jadi tanpa atau dengan kupon pun beliau langsung faham si A dari RW 01, si C dari RW 05. Masalahnya kadang ada meat hunter alias pencari daging kurban tidak dikenal dan selalu mendatangi beberapa masjid. Atau ada juga masyarakat yang bilang, "saya ngambilin punya si D". Eh gak lama kemudian si D datang dan bilang belum dapat bagiannya.

Masih banyak masalah pendistribusian lainnya yang tentu tidak bisa dijelaskan satu persatu. Tetapi biasanya tetap yang diutamakan adalah warga sekitar masjid, khatib dan guru-guru yang mengisi kegiatan di masjid al-Mahallie, donatur serta kaum dhu'afa, lansia, janda, yatim piatu, dan fakir miskin. Kalau yang utama sudah dapat semua, barulah jika ada sisa stok daging kami berikan kepada tim meat hunter.

Pandemi dan Iduladha

Seharusnya, tahun ini sebelum Iduladha, saya harus ke Jakarta untuk menjadi panitia penyelenggara hewan kurban. Ibu saya sudah mewanti-wanti karena tahun ini ayah dan ibu seharusnya kembali menunaikan ibadah haji. Tetapi karena adanya pandemi (entah harus bersyukur atau tidak), maka keberangkatan beliau ditunda. Jadi sampai saat ini pun saya belum pulang kembali ke Jakarta dan masih di Samarinda.

Di satu sisi saya bersyukur mengingat saya merasa belum mampu menghandle semua kegiatan ini. Sering kali saya tepar setelah membantu beliau apalagi mengurus daging tidak ada habisnya. Daging di masjid al-Mahallie habis tetapi ayah saya mendapat kiriman dari masjid-masjid lain yang kegiatan pengajiannya diisi oleh beliau :D, jadilah daging masih terus berseliwiran. Tetapi justru beliau yang sudah sepuh dan memiliki riwayat penyakit tertentu justru kuat menyelesaikan satu hari penyelenggaraan ini. Masya Allah...

Namun di sisi lain saya merasa sedih karena tahun ini tentu perayaan Iduladha dan penyelenggaraan pemotongan hewan kurban jelas berbeda dan memiliki protokol tersendiri. Seperti yang sudah dijelaskan dalam Surat Edaran nomor 18 tentang Penyelenggaraan Shalat Idul Adha dan Penyembelihan Hewan Kurban Tahun 1441 Hijriyah / 2020 M Menuju Masyarakat Produktif dan Aman Covid 19.

Misalnya untuk penyelenggaraan shalat Iduladha, panitia masjid harus menyiapkan petugas untuk melakukan dan mengawasi penerapan protokol kesehatan di area tempat pelaksanaan. Panitia juga harus melakukan pembersihan dan disinfeksi area, membatasi jumlah pintu keluar masuk, menyediakan fasilitas cuci tangan atau hand sanitizer, menyediakan alat pengecekan suhu tubuh.

Panitia juga harus memberikan tanda jaga jarak minimal 1 meter untuk shaf sholat, mempersingkat waktu pelaksanaan sholat Iduladha, tidak mewadahi sumbangan dengan kotak berpindah-pindah karena rawan terhadap penularan penyakit.

Jama'ah juga dihimbau untuk hadir dalam kondisi sehat, jika sakit sebaiknya tidak memaksakan diri ke masjid untuk sholat Iduladha. Jama'ah membawa alat sholat dan sajadah pribadi, membawa masker, hand sanitizer, serta menghindari kontak fisik seperti bersalaman atau berpelukan. Anak-anak dan lansia juga tidak dianjurkan untuk sholat Iduladha di masjid karena rentan tertular penyakit.

Untuk penyembelihan hewan kurban juga diterapkan protokol terbaru disesuaikan dengan keadaan saat ini. Seperti menerapkan jaga jarak, mengatur kepadatan kerumunan di lokasi penyembelihan yang hanya boleh dihadiri oleh panitia dan pihak yang berkurban. Mengatur jarak panitia yang menguliti, mencacah, dan mengemas daging.

Pendistribusian pun harus mengikuti protokol Covid 19 seperti menerapkan kebersihan personal panitia, pemeriksaan kesehatan awal, panitia harus menggunakan masker, baju lengan panjang serta sarung tangan. Panitia sebisa mungkin tidak menyentuh mata, hidung, mulut, dan telinga, serta sering mencuci tangan selama proses berlangsung. Panitia juga tidak diperkenankan untuk kontak atau berjabat tangan secara langsung.

artikel ini diikut sertakan minggu tema komunitas Indonesian Content Creator

Setelah penyelenggaraan usai, panitia harus segera membersihkan diri (mandi) sebelum bertemu dengan anggota kelaurga, melakukan pembersihan disinfeksi peralatan sebelum dan sesuadah pemakaian, membersihkan area penyembelihan, menerapkan sistem satu orang satu alat, jika pada kondisi tertentu harus menggunakan alat secara bersama-sama dengan panitia yang lainnya, maka harus dilakukan disinfeksi sebelum digunakan.

Hmmmm, kalau dibayangin semakin rumit ya, tapi sebenarnya tidak. Intinya ada pada proses pembersihan dan menjaga kesehatan baik sebelum maupun sesudah sholat Iduladha dan tradisi penyelenggaraan kurban berlangsung. Semoga ulasan ini bermanfaat. Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan, akan diedit dikemudian hari. Silahkan tinggalkan jejak terbaik di kolom komentar :)

Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

8 komentar untuk "TRADISI KURBAN DAN IDULADHA DI MASJID AL-MAHALLIE"

  1. Kelihatannya rumit padahal tidak ya. Malah jadi standar hidup sehat yang baru. Pandemi ini punya banyak sekali hal positif yang menyenangkan. Yah, meski ada negatifnya, tapi bagi saya, its fine saja. Memang penghasilan jauh berkurang bahkan sempat terhenti sehingga tak bisa membayar kontrakan rumah, tapi lepas dari itu... saya melihat banyak sekali hal positifnya.

    BalasHapus
  2. Kangen semua kegiatan lebaran kurban, huhu..
    Dan yang paling ditunggu adalah ngumpul dan makan-makannya, haha..
    Btw, bu, menu sup iga boleh juga nih dicoba, belum pernah sih, hihi..

    BalasHapus
  3. Membaca judulnya, saya kira masjid Al-Mahallie ini adalah masjid yang berada di luar negeri. Saya nebaknya, "Pasti India ini" wkwk

    Asal-asal aja, karena namanya unik sekali. Eh ternyata di Jakarta ya tempatnya :3

    BalasHapus
  4. Sama nih kayak mba Reskia kupikir Al Mahallie itu nama masjid di luar negeri hihi. Ternyata ada di Jakarta. Namanya unik. Penasaran masjidnya kayak gimana. Kalau di Malang ada namanya Masjid Salman. Pernah masuk transtv gegara disebut sebagai taj mahalnya kota Malang. Dan arsitekturnya emang mirip Taj Mahal. Lah jadi ngomongin masjid 😬😬😬

    BalasHapus
  5. pasti kangen ya sama orangtua di jakarta, apalagi seperti moment idul adha dan idul fitri kemarin yang harus silaturahmi dg video call. tahun ini pun mungkin sama ya.

    kalo liat protokol kesehatannya memang rumit dan ribet ya, semoga semua panitia dan warga lebih aware sama situasi ini. kadang kan suka ribet sendiri kalo lagi kerja sama gitu ojol-ojol butuh pisau atau lap atau piring/mangkok padahal udah dipisahin etapi lupa pake yang lain. dan memang, mandi itu penting sehabis pulang dari jadi panitia. kebetulan pak suami juga rutin jadi panitia hewan kurban., harus selalu diingatkan

    BalasHapus
  6. Wah, mauu dong, Mbak, dibagi resep sup iganya. Lumayan buat ide masak daging di hari Idul Adha, biar lebih terasa lagi meriahnya walaupun cuma dirayakan sama keluarga dekat di rumah.

    BalasHapus
  7. Protokol kesehatan sekarang mah udah wajib ya. Di rasa ribet atau tidak mau tidak mau. Memang harus di lakukan.

    Semua Protokol kesehatan memang harus di jalankan demi kebaikan bersama ya.

    BalasHapus
  8. Walaupun tahun ini protokol kesehatannya beda, tapi maknanya tetap sama ya Kak...Selamat Idul Adha ☺️

    BalasHapus