Metode, Biaya, dan Proses Sunat pada Bayi Dua Tahun
Metode, Biaya, dan Proses Sunat pada Bayi Dua TahunSebelum Kafa DisunatAkhirnya ibu bisa menulis juga pengalaman khitan Kafa. Jadi sebetulnya tidak ada niatan sama sekali untuk menyunat Kafa ketika masih sekecil ini. Tetapi waktu itu ibu sering mendapati Kafa seperti sakit ketika hendak buang air kecil dan mengalami demam secara tiba-tiba. Akhirnya ibu pergi ke klinik kesehatan terdekat. Ketika dicek oleh dokter, ibu teringat akan Kafa yang sering kali merasa kesakitan ketika pipis. Lalu ibu tanya pada dokter, "dok, coba tolong kelamin anak saya dicek". Akhirnya setelah dicek dokter bilang kalau keadaan saat itu termasuk fimosis tetapi tidak parah, akan lebih baik untuk segera disunat. Karena jika kondisi tidak membaik, maka fimosis tersebut akan semakin parah. Fimosis adalah kondisi ketika kulup atau kulit penis merekat erat pada kepala penis dan tidak dapat ditarik kembali. Kondisi ini dianggap normal pada anak yang belum sunat dan bisa hilang dengan retraksi (penarikan kembali) yang lembut dan teratur. Dokter juga waktu itu bilang, "sebenarnya bisa saja sembuh dengan cara dibersihkan perlahan dan ditatur dengan air hangat agar nanti tidak menempel terus kulupnya. Tetapi akan lebih baik jika disunat". Baca juga: Cerita Persalinan Kafa Ya Intinya Sunat!Karena ada kasus ini, dokter menyarankan sebisa mungkin sunat di dokter spesialis bedah anak. Akhirnya ibu cari kesana kemari sambil bertanya harganya. Lumayan mahal ternyata, tapi akhirnya ibu bertemu dengan rumah sakit yang biayanya relatif murah padahal itu rumah sakit negeri kelas A. Tetapi kondisi belum memungkinkan untuk Kafa sunat di rumah sakit tersebut, karena dari Jakarta ibu malah langsung ke Samarinda. Akhirnya tertunda kembali rencana sunat. Kafa Sakit LagiLagi lagi Kafa demam, akhirnya ibu kembali membawa Kafa ke rumah sakit. Kali ini di Samarinda dan dalam kondisi pandemi. Jadi ketika konsultasi kami harus melakukan rapid test. Agak ribet dan ibu sempat berputus asa, "mau sunat aja kok drama banget". Akhirnya ditengah-tengah keputusasaan, ayah melihat ada tulisan Rumah Sunat Modern di depan rumah sakit. Akhirnya hari itu ibu langsung menghubungi pengelola Rumah Sunat Modern tersebut untuk melakukan tindakan sunat hari itu juga. Alhamdulillahnya bisa! Macam-Macam Metode SunatKarena tidak berpengalaman, akhirnya ibu tanya pada Pak Pram (yang menyunat Kafa), metode paling baik untuk sunat anak batita metode yang mana? Akhirnya beliau menyampaikan bahwa beliau bisa melayani berbagai metode khitan seperti konvensional (biasa) hingga dengan teknologi termutakhir dalam perkhitanan seperti cauter atau dengan laser (minim pendarahan), metode klamp (boleh mandi setelah sunat), dan juga metode lem (lebih cepat kering). Semua metode ini menggunakan alat bius. Beliau juga melayani perawatan luka modern dan luka jenis apapun termasuk melayani perawatan stoma. Baca juga: Cerita Ulang Tahun Pertama Kafa Biaya Sunat Metode LemSetelah berdiskusi, akhirnya ibu memilih metode Lem. Metode ini biaya sunatnya sebesar Rp 1.500.000,- tanpa jahitan dan sudah dengan bius. Estimasi penyembuhan kurang lebih satu minggu. Kafa juga mendapatkan pelayanan gratis cek buka plester sunat dan konsultasi. Hari itu sepulang dari rumah sakit, kami langsung mengabari keluarga kalau Kafa akan disunat siang itu juga. Hanya bertiga kami ke Rumah Sunat Modern. Akhirnya Disunat Juga!Sesuai dengan hari dan waktu yang sudah disepakati yaitu hari Senin, 22 Juli 2020 pukul 12.00 WITA, akhirnya kami pergi ke Rumah Sunat Modern. Kafa yang masih mengantuk tetap kami ajak pergi ke Rumah Sunat. Sesampainya di sana, kami langsung diminta untuk masuk ke ruang tindakan. Di dalamnya sudah ada Pak Pram dan teman perawatnya. Setelah berbicara sebentar mengenai teknis biaya administrasi dan proses yang akan dilalui Kafa, akhirnya Kafa mulai disunat. Prosesnya mungkin hanya satu jam kurang lebih. Untungnya ketika Kafa merasa takut atau khawatir, ada Youtube, jadi fokusnya teralihkan. Jadi proses sunatannya disambi dbf dan nonton Youtube. Keluar dari ruang tindakan ternyata sudah ada Bunda Uti dan Mbah Kakung yang menunggu di ruang tunggu. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Kami pun pulang ke rumah dan sesampainya di rumah Kafa langsung beristirahat. Tidak menangis tidak apa, mungkin karena efek bius lokalnya masih terasa. Setelah bangun dari tidur barulah Kafa menangis menahan sakit. Baca juga: Cerita Ultah Kedua Kafa Proses Penyembuhan Pasca SunatKetika menangis terlihat sekali bahwa Kafa menahan sakit yang amat sangat. Tetapi ia tidak berguling-guling sehingga hasil sunatannya meski tanpa celana sunat pun tetap aman, alhamdulillah pintar sekali Kafa. Ngomong-ngomong soal celana sunat, padahal Kafa sudah beli celana sunat, tapi ternyata tidak terpakai karena celana sunatnya ada di Jakarta, gak nyangka akan disunat di Samarinda. Jadi selama masih diperban hasil sunatnya, maka selama itu Kafa pakai baju saja. Lagipula selama saya mencari-cari celana sunat untuk bayi, rata-rata ukuran yang tersedia mulai dari usia 3-4 tahun. Jadi celana sunat yang saya belikan untuk Kafa pun masih terlalu besar jika saat itu digunakan untuk Kafa. Alhamdulillah, siang disunat, ketika waktu salat maghrib tiba Kafa sudah bisa buang air kecil walaupun sembarangan di dekat showcase dan juga di kamar tentunya. Kalau diompolin sudah pasti ya. Jadi selama awal-awal di sunat seperti kembali mengurus newborn, badan saya sudah pasti kena ompol karena tidur paling dekat dengan Kafa mengingat Kafa masih menyusu secara langsung. Esok harinya, 23 Juli 2020 Kafa masih belum pakai pospak tetapi ia sudah aktif kesana kemari. Jadi buang air kecil pun masih sembarangan di depan pintu masuk rumah dan juga di halaman belakang. Akhirnya saya kelelahan dan memakaikannya pospak. Lucunya ketika dipakaikan pospak akhirnya anaknya mau buang air besar. Alhamdulillah. Jadi setelah itu saya mencoba untuk memakaikan pospak ketika malam hari. Karena malam hari ternyata aman, saya pun melanjutkan menggunakan pospak pada Kafa esok harinya. Oiya, pasca sunat ada obat yang harus diminum oleh Kafa tetapi saya lupa nama obatnya apa, hanya saja obatnya berbentuk syrup, jadi tidak sulit meminta Kafa untuk meminum obat. Selama pasca sunat pun Kafa mandinya hanya di lap saja. Tanggal 25 Juli Kafa sudah sepanjang hari menggunakan pospak dan pup lagi, bahkan ia sudah kuat tidur tengkurap. Karena sudah pakai pospak maka frekuensi buang air kecil sudah tidak saya hitung. Saya pun merasa cukup lega karena tidak sepanjang hari mengurus ompol. Jadi yang saya hitung hanya frekuensi buang air besar. Kenapa saya hitung juga, karena saya harus berhati-hati ketika membilasnya, takut kebablasan terciprat ke bagian yang disunat. Tanggal 26 Juli Kafa mulai saya pakaikan celana karena akan diajak ke Mall. Pokoknya anak ini merasa sakit pasca sunat hanya 1-2 hari saja. Selebihnya no worry. Tanggal 27 Juli Kafa buang air besar lagi, baru lah setelah pup yang kali ini, plesternya merosot. Saya cukup panik, dan setiap kali saya panik saya berkonsultasi via whatsapp ke Pak Pram. Akhirnya tanggal 29 Juli Pak Pram datang ke rumah untuk kontrol pasca sunat. Plester pasca sunat pun dilepas dan Kafa sudah boleh mandi, tetapi tetap harus diberi obat salep agar proses penyembuhan semakin cepat karena masih dinilai belum sembuh total oleh Pak Pram. Setelah boleh mandi Kafa pup sampai dua kali. Selanjutnya setelah proses kontrol saya sudah tidak mencatat perkembangan pasca sunat karena insya Allah sudah sembuh seiring berjalannya waktu. Alhamdulillahnya lagi Kafa sudah tidak sesering dulu sakit demamnya. Semoga setelahnya pun selalu sehat wal 'afiat, ceria, cerdas, dan bahagia selalu. Kalau ditanya kapok tidak mengkhitan anak sejak kecil, jawabannya tidak. Malah kalau bisa sejak 40 atau 90 hari pasca persalinan. Kalau ditanya, Kafa sunatnya diramein apa engga? Jawabannya engga, karena kondisinya saat ini kami musafir, pindah sana pindah sini. Jadi syukuran ala kadarnya aja. Ada hadiah khusus gak buat Kafa? Ada, beberapa keluarga juga memberi hadiah. Tetapi jika nanti Kafa besar merajuk hadiah karena lihat teman-temannya yang disunat, barulah nanti kami kondisikan :) Just take it easy! Sebenarnya waktu itu sempat terfikir juga untuk sekalian toilet training, tapi ternyata saya tidak sesanggup dan sekuat itu mengingat banyak yang harus dikerjakan. Sekian pengalaman menyunat Kafa beserta metode, biaya, dan proses sunat pada bayi dua tahun yang dialami langsung oleh Kafa. Semoga ulasan ini bisa bermanfaat. Silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar :) Kata kunci: Fimosis, Rumah Sunat Modern, Celana Sunat, Metode Sunat Bayi Dua Tahun, Biaya Sunat, Proses Sunat pada Bayi Dua Tahun. |
perjalanan yang panjang menuju kafa di sunat ya, hehe. tapi alhamdulillah berjalan lancar juga. yang terpenting kafa nya soleh ya, gak ngenges. kebayang deh selama para pemuihan abis sunat kaya gimana repotnya, tapi pasti lega ya karena kafa udah di sunat. btw, celana sunatnya tetep disimpen bu, siapa tau buat adiknya nanti kalau laku-laki, eh, hihihihi
BalasHapusLirikan matamu.. Kafa, wkwk.. Pinter nih Kafa, udah berani di sunat. Bang Rasyiid juga waktu itu sunatnya pas pandemi bulan 3, tapi pas umur 3 tahun, hihi..
BalasHapusSehat soleh ya Kafa *muach!
Wah seru aku bacanya, InsyaAllah kalau anakku yang ke 3 ini cowok mau ku khitan pas bayi juga biar ga banyak drama, makanya sekarang Gali ilmunya dulu... Makasih ibu Kafa
BalasHapusAnaku jga fimosis pas 9bulan malah mom. Emg baiknya khitan pas masih bayi, klo Rasulullah dlu khitan cucunya pas usia 7hari
BalasHapus