Mengenal Nematoda Usus Penyebab Cacingan pada Anak (Part 1)
Mengenal Nematoda Usus Penyebab Cacingan pada Anak |
Cacingan pada anak tentu sangat meresahkan karena hal tersebut membuktikan bahwa manusia merupakan hospes dari beberapa nematoda usus yang dapat ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminths (STH). Beberapa nematoda usus adalah Ascaris lumbricoides, Trichiuris trichiura, Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Srongiloides stercoralis, Oxyuris vermicularis, dan Trichinella spiralis.
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides merupakan spesies yang
terdapat di daerah tropis dengan kondisi sanitasi yang buruk. Ia hidup pada
tanah liat dengan kelembaban tinggi dan suhu yang berkisar antara 25 – 30
derajat celsius yang mana pada suhu tersebut sangat optimal untuk berkembangnya
telur Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif (Srisasi Gandahusada,
2000: 11).
Morfologi Ascaris lumbricoides jantan
berukuran 10-30 cm dengan diameter 2-4mm. Sedangkan Ascaris lumbricoides betina
berukuran 22-35 cm yang pada stadium dewasa hidup di rongga usus muda. Cacing
betina ini dapat bertelur 100.000-200.000 butir perhari (baik telur tersebut
dibuahi atau tidak). Biasanya telur yang dibuahi besarnya 60 x 45 mikron
sedangkan yang tidak dibuahi besarnya 90 x 40 mikron. Telur yang dibuahi akan
mementuk menjadi fase infektif dalam waktu kurang lebih tiga minggu.
Epidemiologi Ascaris lumbricoides di Indonesia merupakan negara dengan prevalensi Ascaris lumbricoides tinggi terutama anak-anak yang sering kontak dengan tanah. Selain itu tidak menggunakan jamban untuk membuang tinja sembarangan juga dapat menjadi faktor terjadinya pencemaran tanah di halaman rumah ataupun di bawah pohon ataupun tidak melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
Cacing Tambang (Hokworm)
Spesies cacing ini yang sering ditemukan
adalah Necator americanus dan Ancylostoma duodenale yang dapat menyebabkan
penyakit necatoriasis dan ancilostomiasis pada hospesnya yaitu manusia. Di
Indonesia dapat ditemukan di daerah pertambangan dan perkebunan.
Morfologi Ancylostoma duodenale ketika dewa memiliki ukuran jantan 8-11 mm x 0,45 mm dan betina 10-13x 0,60 mm dengan bentuk seperti huruf C atau koma. Memiliki buccal cavuty: 2 pasang gigi, gigi sebelah dalam lebih kecil dari luar. Pada cacing jantannya memiliki bursa kopulatrik. Sedangkan yang betina memiliki terminal spine.
Bentuk rhabditiform larvanya
memiliki ukuran 250 x 17 mikron. Buccal cavity panjang, genital primordium,
mulut terbuka dan cenderung mengonsumsi sisa-sisa organik. Sedangkan pada
Filariform larva mulut tertutup, merupakan bentuk infektif, dari mulut keluar
enzim, dan memiliki ukuran 0.5-0.7 mm.
Bentuk telur pada Ancilostoma duodenale mempunyai ukuran 56-60 x 36-40 mikron. Sedangkan Necator americanus berukuran 64-76 x 36-40 mm berbentuk bulat lonjong, kulit relatif tipis, dan ditanah tidak tahan kekeringan.
Epidemiologi Ancylostoma duodenale dengan insiden tinggi ditemukan di Indonesia terutama pedesaan khususnya perkebunan. Tanah gembur (seperti pasir dan humus) baik untuk pertumbuhan. Kebiasaan buang tinja di tanah dan pemakaian tinja sebagai pupuk menjadi salah satu faktor penyebaran penyakit.
Morfologi bentuk dewasa Necator americanus mempunyai ukuran
jantan 5 x 9 mm x 0.30. Sedangkan betina berukuran 9-11 x 0.35 mm. Bentuknya
seperti lengkungan kepala berlawanan dengan lengkungan tubuh seperti huruf S.
Buccal cavity-nya terdapat 2 pasang alat pemotong. Pada cacing betina tidak
memiliki terminal spine. Sedangkan bursa kopulatrik pada jantan. Untuk bentuk
telur, daur hidup, dan epidemiologi sama dengan Ancylostoma duodenale.
Enterobius vermicularis (Cacing Kremi)
Manusia merupakan satu-satunya natural host dan penyakit yang disebabkan oleh
cacing ini disebut enterobiasis. Penyakit ini kosmopolit tetapi lebih banyak di
daerah dingin daripada di daerah tropis.
Morfologi cacing dewasa jantan Enterobius vermicularis berukuran 2-5
mm x 0,1 – 0,2 mm. Sedangkan betina 8-13 mm x 0.3 – 0,5 mm. Mulut simple 3
bibir yang mengelilinginya dengan ujung anterior dan posterior runcing. Pada
ujung posterior jantan melingkar tajam ke ventral sedangkan pada betina ujung
posteriornya berbentuk seperti ekor yaitu lurus dan runcing.
Telur Enterobius vermicularis Bentuknya asimetris, salah satu sisi datar. Ukuran 50-60 mikron x 20-32 mikron. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan albuminous bersifat mechanical protection, lapisan dalam berupa membran yang terdiri dari lemak yang berfungsi sebagai chemical protection. Di dalam telur selalu terdapat bentuk larvanya dan dalam keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.
Epidemiologi Enterobius vermicularis sering ditemukan di Amerika dan merupakan penyakit keluarga. Paling sering ditemukan kasus pada anak berusia 5-14 tahun dan pada daerah tropis kejadian lebih sedikit karena ada sinar matahari.
Masih ada beberapa nematoda usus penyebab cacingan pada anak yang akan dibahas di artikel mengenal nematoda usus penyebab cacingan pada anak part 2. Materi artikel ini merupakan mata kuliah Parasitologi yang pernah saya dapat semasa duduk di bangku perkuliahan jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Sekian, semoga bermanfaat. Silahkan tinggalkan jejak terbaik di kolom komentar :)
Mbak, ak pernah belajar ini juga di semester awal kuliah kesmas. Lumayan bikin parno ke anak sih hahahah. Dan jadi inget belum kasih obat cacing ke anak. Harusnya bulan ini.
BalasHapus