Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer
gambar banner

Pengalaman Haji: Hari Pertama di Madinah al-Munawwarah

Pengalaman Haji: Hari Pertama di Madinah al-Munawwarah
Pengalaman Haji: Hari Pertama di Madinah

Pengalaman Haji: Hari Pertama di Madinah

Baca ulasan sebelumnya di sini.

Assalamu'alaikum Ya Sayyidil Anbiya'

Akhirnya tibalah saya dan seluruh jamaah haji kloter 19 di Madinah setelah melalui 9 jam penerbangan. Ketika di pesawat, kami diingatkan oleh petugas untuk mengeluarkan dokumen PCR dan paspor. Saya yang saat itu sudah memasukkan berkas ke koper sedang, mau tidak mau harus membuka koper lagi.

Namun justru saat membuka koper saya diminta untuk segera menutupnya karena pemberkasan sudah dilakukan by system, jadi jamaah haji tidak perlu mengeluarkan dokumen apapun kecuali paspor untuk dikumpulkan kembali ke petugas haji.

Sebelum bis berangkat menuju hotel, kami diberi tahu bahwa selama haji akan diberikan makan 3x sehari dengan perincian yang amat detail hingga saya tidak mengingatnya dengan jelas.

Menuju Grand Plaza 100 Meter dari Masjid Nabawi

Sambil menikmati perjalanan, kami melihat sekeliling yang mana saat itu kota Madinah masih ramai lalu lalang kendaraan padahal sudah tengah malam. Tiba-tiba saya melihat menara seperti yang banyak orang kenal yaitu menara Masjid Nabawi. Kami lantas bersholawat dan ternyata tidak lama kemudian bis berhenti tidak jauh dari sana.

Masya Allah... artinya penginapan kami sangat dekat dengan Masjid Nabawi, kurang lebih hanya 100 meter jaraknya. Ibu sampai mengeluarkan air mata bahagia karena hotel yang akan kami tempati sedekat itu dengan Masjid Nabawi mengingat dulu ketika ibu berangkat haji bersama ayah tidak sedekat saat ini.

Setibanya di hotel, kami disuguhkan welcome drink dan mulai didistribusikan pembagian kamar dan kunci. Sedangkan koper bertahap dinaikan ke lantai 8-10 dan kami harus mencari diantara ketiga lantai tersebut.

Saya, ibu dan Bu Adriana menjadi teman 1 kamar. Sedang Bu Kasmini bergabung dengan Bu Sobinah dan Bu Rosita istri dari ketua regu kami.

Shalat Shubuh Perdana di Masjid Nabawi

Setelah bersuci dan beristirahat sebentar, kami pun bersiap untuk sholat di Masjid Nabawi. Saat itu, jumlah jamaah haji masih terbilang belum begitu padat merayap. Bahkan Raudah pun dibuka untuk jama'ah perempuan seusai sholat shubuh.

Baca juga: Bacaan Doa Masuk Masjid Nabawi

Saya menemani ibu tadarus, sedang Bu adriana pergi menuju Raudah. Saya nderek ibu saja, kata ibu nanti saja ke Raudah-nya. Seusai tadarus, kami menikmati pemandangan dan suasana matahari terbit dan payung-payung Masjid Nabawi mulai dibuka. Kami pun kembali ke hotel dan setelah sarapan kami beristirahat.

Terik Mentari yang Menyengat dan APD

Pukul 11.00 Waktu Arab Saudi, kami kembali ke Masjid Nabawi untuk menunaikan sholat dzuhur. Teriknya matahari dan suhu yang sangat menyengat mulai membuat kami harus lebih peka terhadap kondisi tubuh.

Kami mulai membawa botol spray untuk membasahi wajah agar tidak kepanasan.  Saya sendiri yang masih agak seperti akan flu mulai merasa tidak nyaman di bagian mata, hidung, dan telinga. Seusai sholat dzuhur, kami makan siang dan beristirahat. Ketika hendak beristirahat, saya meminum obat yang diberikan oleh dokter dan merasa agak mengantuk.

Ibu Terkena Serangan Jantung

Akhirnya waktu sholat ashar pun tiba. Kami tiba di masjid nabawi 20 menit sebelum adzan tiba dan kondisi masjid masih seperti biasanya sehingga kami masih bisa masuk ke dalam masjid.

Namun tiba-tiba ibu merasa sakit di bagian jantung dan wudlunya batal sehingga beliau kembali keluar sedang saya masih di dalam bersama Bu Adriana dengan kondisi yang masih mengantuk karena di bawah pengaruh obat dan kondisi saya pun kurang sehat.

Seusai sholat ashar, saya mengajak Bu Adriana untuk bergegas mencari ibu di pelataran masjid. Bu Adriana  berhasil menemukan ibu saya yang ternyata masih sedang menahan sakit di Jantungnya (karena beliau memang ada riwayat penyakit jantung).

Saya akhirnya bergegas ke hotel dalam keadaan mengantuk akibat efek obat untuk mengambil kursi roda yang sebelumnya sudah kami bawa dari Jakarta. Beruntung lift masih sepi, jadi saya bisa segera kembali ke Masjid Nabawi yang mulai semakin ramai karena jama'ah mulai berdatangan.

Akhirnya kami bertiga pun kembali ke hotel dan segera beristirahat setelah saya keukeuh meminta ibu untuk menemui dokter. Namun karena kondisi saya juga masih flu, akhirnya saya kembali minum obat. Setelah itu saya terlelap.

Teringat Pesan Pembimbing Manasik

Saat bangun, ternyata sudah masuk waktu maghrib. Ibu yang masih sakit mencoba untuk menahannya. Ibu sebetulnya ingin ke masjid, tapi saya menahannya. Saya ingat kata KH. Mulyadi yang mengajarkan kami ketika manasik haji, ketika sedang sakit, jangan dipaksakan ke masjid, sebaiknya beristirahat agar hari berikutnya bisa ibadah dengan kondisi yang lebih fit.

Akhirnya saya menemani ibu sholat maghrib di hotel. Bu Adriana pun kembali ke hotel seusai sholat maghrib bersama suaminya. Namun ketika kami sadar, waktu isya tinggal 20 menit lagi.

Akhirnya saya bergegas ke Masjid Nabawi bersama Bu Adriana, sedang ibu sholat di hotel. Namun sesampainya di sana, pintu Masjid Nabawi belum ditutup namun sudah diberi pembatas karena jamaah membludak.

Tetapi alhamdulillah saya dan Bu Adriana masih bisa lolos dari pembatas dan masuk ke Masjid Nabawi lalu sholat di sekitar tempat air zam-zam. Seusai sholat dan tadarus, kami pun kembali ke hotel.

Tentu antrian lift lebih padat, namun alhamdulillah setelah 3 antrian, kami dapat masuk lift dan makan malam pun didistribusikan oleh karu dan diantar ke kamar kami oleh suami Bu Adriana.

Alhamdulillah, dengan adanya kejadian ini, saya pun akhirnya memutuskan untuk menyarankan ibu agar selalu menggunakan kursi roda dan jangan terlalu kelelahan, karena ibadah yang utama dan masih mengandalkan fisik yang sehat adalah ketika berhaji di Mekah.

Dan dari kejadian ini pula saya pun semakin berusaha untuk lebih peka terhadap kondisi dan kebutuhan ibu. Yang tadinya ibu ingin mencuci baju sendiri, namun semenjak ibu mengalami serangan pada jantungnya yang pertama kali di tanah Haram, maka saya pun berusaha untuk mencucikan pakaiannya hingga menjelang kembali ke Tanah Air.

Besok pagi kami mendapatkan jadwal untuk berkeliling kota atau city tour. Semoga kondisi kami senantiasa sehat hingga kembali ke tanah air. Ulasan berikutnya ketika City Tour saya unggah di Mubadalah.id.

Grand Plaza, 15 Juni 2022

22.15 waktu arab saudi.

Karimah Iffia Rahman
Karimah Iffia Rahman Seorang ibu alumni Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta dan Kebijakan Publik SGPP Indonesia. Karya pertamanya yang berhasil diterbitkan berada dalam Buku Antologi Menyongsong Society 5.0. Sebagian pemasukan dari artikel berbayar pada blog ini disalurkan untuk pendidikan anak-anak yatim dan duafa. Untuk bekerjasama, dipersilahkan menghubungi via iffiarahman@gmail.com

Posting Komentar untuk "Pengalaman Haji: Hari Pertama di Madinah al-Munawwarah"