Hari Kemerdekaan Indonesia di Masjid al-Mahallie Bersama Chimiland
Hari Kemerdekaan Indonesia di Masjid al-Mahallie Bersama Chimiland |
Hari Kemerdekaan Indonesia
“Besok kita lomba ya anak-anak” ujarku di sela-sela kegiatan mengaji bersama anak-anak yang tinggal di lingkungan rumah. Terdengar sorai dari kesemuanya yang hadir saat itu. “Yang hari ini datang boleh daftar perlombaan duluan.” lanjutku.
“Lombanya ada apa saja, Kak?” tanya Citra.
“Lombanya ada lomba memasukkan sumpit ke botol, lomba engklek, lomba estafet balok, lomba estafet tepung, lomba bola corong, dan lomba balap karung.” jawabku.
“Aku daftar kak!” seru Marina. Jika anak-anak pengajian TPQ hadir semuanya, mungkin saat ini ada sekitar 35 anak. Mulai dari usia 5 tahun hingga 6 SD. Namun entah mengapa, akhir-akhir ini semangat mengaji anak-anak sedang naik turun.
Apalagi jika ada teman mengaji mereka yang sudah baligh dan sedang haid lantas izin tidak mengaji. Banyak diantara mereka yang memilih absen mengaji mengikuti temannya yang sedang haid tersebut.
Padahal saat pelajaran fiqh, ku ajarkan mereka bahwa boleh-boleh saja ketika haid tetap mengaji iqro’ karena yang mereka baca bukanlah ayat-ayat al-Qur’an kecuali pada bab-bab tertentu. Apalagi tempat yang digunakan untuk mengaji adalah aula yang bukan digunakan untuk sholat 5 waktu jama’ah masjid lainnya.
Pun aku pun menyampaikan pada mereka tidak perlu khawatir tembus selama telah mengganti pembalut sebelum pergi mengaji. Namun tentu pemikiran fiqih yang mereka dapatkan dari orang tua maupun guru di sekolah bisa saja berbeda dengan apa yang aku sampaikan. Oleh karenanya, aku pun tetap menghargai.
Setelah semua anak yang hadir hari itu aku absen dan aku daftarkan untuk mengikuti perlombaan yang total keseluruhan peserta ada 14 anak, aku pun menutup pengajian dengan doa bersama mereka. Doa yang senantiasa mereka lantunkan. Doa yang diajarkan oleh almarhumah ibu.
“Ya Allah, terima kasih kepada-Mu hari ini ilmuku bertambah lagi. Ya Allah ingin rasanya cepat-cepat masuk syurga. Ya Allah jadikan aku anak yang sholih dan sholihah”. Aamiin…
Hari Kemerdekaan Indonesia di Masjid al-Mahallie Bersama Chimiland
Esok harinya di aula Masjid.
Anak-anak mulai berdatangan tepat seusai salat Dzuhur. Satu, dua, sepuluh anak. Setelah diabsen ternyata yang hadir ada dua puluh lebih anak yang mengantri untuk mengikuti perlombaan.
Aku sampaikan kepada anak-anak yang baru hadir, untuk antri dengan teman-teman yang sudah lebih dulu mendaftar karena mereka mendaftar di hari sebelumnya sebab rajin mengaji.
Ada hikmahnya juga merayakan kemerdekaan di Masjid. Mengajarkan mereka untuk istiqomah mengaji. Terbukti dengan hari selanjutnya, meski masih saja ada yang bolos mengaji, tetapi kehadiran mereka lebih banyak daripada sebelumnya.
Bahkan saat perayaan kemerdekaan tahun lalu bersama almarhumah ibu, perlombaan yang dibuat bukan lomba mainan melainkan lomba materi-materi yang sudah diajarkan selama mengaji.
Chimiland Lemonilo
Perlombaan pun dimulai. Meski dengan persiapan seadanya, alhamdulillah tahun ini masjid yang kami kelola mendapatkan bantuan perlengkapan permainanan untuk anak-anak yang merayakan kemerdekaan di masjid melalui program Chimiland dari Lemonilo yang memproduksi mie instan lokal yang konsisten peduli terhadap kesehatan anak-anak di Indonesia dengan menghadirkan mie instan yang terbuat dari bahan dasar sayuran seperti daun bawang, seledri, bayam dan juga tepung mocaf.
Sehingga hadiah yang sudah disiapkan pun tercover oleh bingkisan produk yang diberikan oleh Lemonilo. Jadi menang atau pun kalah, semua anak yang mengikuti perlombaan mendapatkan cemilan sehat yaitu Chimi Ubi.
Selain itu, perayaan kemerdekaan di masjid secara tidak langsung mengajarkan mereka nilai hubbul waton minal iman atau cinta tanah air adalah sebagian dari iman seperti sebagaimana yang telah diajarkan oleh para ulama terdahulu.
Teuku Cik Ditiro, KH. Hasyim Asy’ari, Buya Hamka, H. Agus Salim, Nyai Sholihah Wahid, Nyai Khoiriyah Hasyim, Habib Ali Kwitang atau Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, Habib Idrus bin Salim Al-Jufri dan masih banyak ulama lainnya adalah beberapa ulama yang harus kita tiru ajarannya yang cinta terhadap negeri ini dan berperan dalam kemerdekaan namun tidak sedikit pun imannya luntur sebagai penganut agama Islam yang taat.
Sebelum perayaan kemerdekaan ditutup aku bertanya kepada anak-anak, “Senang gaaaak?”
“Senaaaaangggg” ujar mereka bahagia.
Sore itu di aula masjid, sebelum pembagian hadiah, anak-anak semangat menyanyikan lagu kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tanda bukti bahwa hubbul wathon minal iman adalah sesuatu yang jelas bisa kita lakukan baik untuk agama maupun untuk negeri ini. Dirgahayu Indonesiaku.
Posting Komentar untuk "Hari Kemerdekaan Indonesia di Masjid al-Mahallie Bersama Chimiland"
Mohon berkomentar yang bijak dan tidak menyisipkan link apapun ke dalam komentar karena dianggap spam. Terima kasih, ditunggu kembali kunjungannya :)