Alasan Melahirkan Caesar di Kehamilan Ketiga
Alasan Melahirkan Caesar di Kehamilan Ketiga |
Alasan Melahirkan Caesar
Disclaimer: Di artikel kali ini Saya murni hanya berbagi pengalaman yang Saya alami dan untuk mengenang momen persalinan anak kedua Kami.
Setelah Saya menulis tentang keluhan ibu hamil trimester 3 di usia kandungan 38 minggu, akhirnya hari perkiraan lahir itu menjadi hari persalinan yang di nanti. Yap, genap usia kehamilan 40 minggu, akhirnya kontraksi itu tiba, dan adik lahir tepat di hari Senin Kliwon, 4 November 2024 atau 2 Jumadil Awwal 1446 H pukul 16:16:28 WIB.
Tetapi Saya tidak mengira akan melahirkan secara sectio caesarea atau dikenal dengan istilah SC. Persalinan sc adalah proses persalinan dengan cara membedah perut dan rahim ibu untuk mengeluarkan bayi.
Ada beberapa alasan melahirkan caesar, beberapa di antaranya adalah kondisi kesehatan ibu yang membahayakan seperti diabetes, preeklamsia, HIV, penyakit jantung, herpes pada jalan lahir.
Sedangkan alasan melahirkan caesar yang disebabkan oleh kondisi kesehatan janin seperti bayi kembar, bayi mengalami pertumbuhan terhambat, bayi terlilit tali pusar, bayi memiliki berat badan lebih dari 4 kg (makrosomia), detak jantung bayi tidak normal, bayi berada dalam posisi sungsang atau melintang.
Kemudian alasan melahirkan caesar lainnya seperti persalinan normal gagal atau tidak berjalan dengan baik disertai adanya perdarahan hebat, terjadinya Plasenta previa (posisi plasenta terlalu turun), infeksi dalam rahim dan juga bayi lahir prematur.
Namun pada kasus yang Saya alami, alasan melahirkan caesar karena kecenderungan bayi besar atau makrosomia yang mana bayi memiliki berat badan lebih dari 4 kg. Jadi begini ceritanya.
Kecenderungan Bayi Besar
Setelah terakhir kali kontrol USG di Puskesmas, dokter menyarankan untuk periksa selanjutnya dilakukan di rumah sakit dengan indikasi bayi besar. Akhirnya bidan di puskesmas bertanya Saya mau di rumah sakit mana?
Saya putuskan di RS X karena memang menurut Saya dan suami fasilitas di sana baik, rumah sakit bersih, pelayanan termasuk cepat dan yang paling penting dicover oleh BPJS berdasarkan pengalaman Kafa yang pernah di rawat di sana.
Saat pertama kali kontrol ke RS X, sebetulnya dokter sudah menyarankan untuk menjadwalkan persalinan caesar dengan kondisi perkiraan berat badan janin 3500 gram. Dengan berat badan janin 3500 gram saat itu Saya masih merasa mampu untuk melahirkan pervaginam seperti dulu saat persalinan pertama. Kafa dulu juga lahir pervaginam.
Namun karena secara tersirat Saya saat itu ingin mencoba untuk kembali melakukan persalinan pervaginam, akhirnya dokter pun menunggu. Mulai dari kontrol dua minggu sekali hingga seminggu sekali, kami menunggu hadirnya kontraksi.
Saat terakhir kali kontrol dengan dr. J, Sp.Og beliau berkata, "Paling tanggal 4 sudah lahir. Misal belum ya besok Kamis ke sini lagi ya bu."
Hari Perkiraan Lahir Itu Tiba
Benar saja. Pagi itu setelah induksi alami di hari Senin tanggal 04 November 2024, Saya ngeflek seperti saat akan melahirkan Kafa. Tapi yang pasti Saya sudah merasa mulas teratur.
Karena memiliki pengalaman pada persalinan sebelumnya, meskipun mulas, Saya tidak langsung buru-buru ke fasilitas kesehatan terdekat karena merasa masih sanggup menahan rasa mulas.
Saya masih bisa sarapan, berbenah diri dan melakukan aktivitas domestik bahkan sebelum akhirnya ke Puskesmas, Saya masih sempat mengecek dapen almarhum Ayah yang saat itu bermasalah. Hospital bag yang jauh-jauh hari sudah Saya siapkan akhirnya mendapatkan tugasnya.
Isi Hospital Bag
Isi hospital bag untuk persalinan kedua yang saya bawa adalah dokumen-dokumen penting seperti KTP asli dan fc, KK asli dan fc, BPJS asli dan fc, buku pink, buku nikah asli dan fc serta dokumen lainnya jika diperlukan.
Kemudian ada baju daster atau baju busui 3 set, alat mandi, skincare dan make up, charger dan hp, baju bayi 6 set sudah beserta bedong, topi dan sartaki, pembalut, alat mandi bayi, korset atau bengkung, ASI booster, alat pumping yang semuanya sudah saya masukan ke dalam plastik ziploc, sehingga memudahkan anggota keluarga yang mengambilnya.
Saat di Puskesmas
Ketika di Puskesmas satpam yang melihat kedatangan Saya langsung bertanya, "Sudah mau lahiran ya bu?" Saya mengiyakan dan langsung dibantu dengan kursi roda walau sebetulnya Saya masih mampu berjalan.
Saat di ruang bersalin, beberapa bidan mengecek dokumen Saya bersama suami. Kemudian bidan lainnya VT atau cek bukaan dalam jalan lahir melalui vagina. Kata bidan baru bukaan dua. Saat itu pukul 10.00 WIB.
Mendengar baru bukaan dua rasanya Saya ingin pulang saja. Tetapi ternyata prosedur dulu saat melahirkan Kafa dan saat ini berbeda. Meski baru bukaan dua, Saya bahkan suami tidak diperkenankan untuk pulang walau hanya mengambil barang.
Saya juga langsung dipasangkan infus. Akhirnya Kami menelpon anggota keluarga yang lain dan meminta tolong untuk membawakan hospital bag.
Kemudian bidan yang mengecek kelengkapan administrasi Saya melihat riwayat kontrol di buku pink dan bertanya tentang pemeriksaan yang dilakukan selama masa kehamilan mengapa di rumah sakit dan tidak di puskesmas. Saya pun menjelaskan.
Karena riwayat tersebut akhirnya bidan pun merujuk Saya untuk lahiran di rumah sakit. Saat itu bidan bilang bahwa sebetulnya dalam kondisi darurat ibu hamil tidak boleh memilih rumah sakit, tetapi karena melihat kondisi ibu hamil (Saya) yang masih cenderung sehat, jadi Saya diupayakan dirujuk ke rumah sakit tempat dimana Saya biasa kontrol.
Naahh, di momen inilah alasan saya melakukan operasi caesar. Saat itu dokter on call bukan dr. J, Sp.Og yang biasa menangani saat Saya kontrol. Kemudian bidan menyampaikan riwayat kehamilan Saya dan dari pihak dokter menanyakan, jika di rujuk ke rumah sakit apakah ibu bersedia melakukan operasi caesar.
Saya pikir mungkin itu opsi terakhir jika pembukaan tidak naik atau ada indikasi gawat darurat medis lainnya setelah induksi dan lain sebagainya. Saya dan suami pun mengiyakan.
Ternyata tidak ada opsi terakhir, operasi caesar adalah opsi pertama dan tidak ada penawaran lainnya. Jadi di awal-awal pasca operasi jujur saja, saya saat itu merasa itu bukan keputusan yang Saya inginkan secara mindfulness karena saat jam 12.00 WIB bidan melakukan VT ulang pembukaan sudah bukaan 4.
Akhirnya karena Saya fix dirujuk, jadi kami menanti segala persiapan menuju rumah sakit. Saat itu sambil menunggu keberangkatan ke rumah sakit, dari dr. S, Sp.Og meminta Saya untuk diberikan obat 3 tablet yang dikunyah dan rasanya hambar. Kemudian Saya juga diberikan obat lainnya untuk mengurangi rasa sakit kontraksi. Saya juga diminta untuk tidak mengonsumsi apapun.
Saat diminta tidak mengonsumsi apapun Saya agak heran karena persalinan pervaginam justru sebaliknya, ibu hamil akan diminta untuk tetap terhidrasi dan mengonsumsi makanan agar memiliki asupan energi yang cukup untuk proses persalinan. Saat itu Saya masih belum 100% sadar akan dioperasi.
Sesampainya di Rumah Sakit
Baru setelah sampai rumah sakit dan Kami melakukan prosedur pengecekan darah, pembersihan area jalan persalinan dan lain sebagainya barulah Saya sadar opsi operasi caesar di persalinan kali ini adalah opsi utama, bukan lagi menunggu naiknya pembukaan.
Saya sempat mengeluhkan hal ini pada petugas yang piket jaga saat itu. Kondisi sempat tidak kondusif namun ya mau bagaimana lagi, tetap saja Kami yang minim pengetahuan harus bagaimana dan seperti apa akhirnya pasrah dengan situasi yang ada.
Kalau bukan karena saat itu hari Senin hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, mungkin bisa saja Saya meminta pulang. Tetapi karena saat itu adalah hari Senin, hari di mana Saya selama dalam kondisi hamil selalu berdoa agar anak-anak Saya dilahirkan di hari kesukaan Rasulullah SAW, hari Senin dan Kamis, maka Saya mencoba untuk menerapkan caesar gentlebirth karena anak pertama Saya sudah lahir di hari Kamis dan kini adiknya lahir di hari Senin.
Jam sudah pukul 14.00 WIB, operasi yang semula dijadwalkan pukul 14.00 WIB akhirnya mundur di pukul 16.00 WIB. Provider kesehatan yang piket saat itu sibuk mencari dokter on call baik dokter obgyn, dokter anastesi, maupun dokter anak. Saya dan suami hanya bisa menunggu dan melakukan yang terbaik.
Karena saat itu Saya belum mengonsumsi apapun kecuali sarapan saat pukul 08.00 WIB dan minum air putih saat di IGD, akhirnya setelah bertanya di grup Saya meminum air zam-zam yang Saya bawa di Hospital Bag sebelum melakukan operasi.
Saya juga meminta suami untuk salat dan makan dulu. Saya tidak tahu, jika saat itu suami stand by apakah ia diperbolehkan masuk ke ruang operasi atau tidak. Karena di buku pink dijelaskan ibu hamil yang akan bersalin berhak memilih didampingi atau tidak dan berhak memilih siapa pendampingnya.
Persalinan Itu Tiba
Saya masuk ke ruangan operasi pukul 15.30 WIB. Saya masih ingat kenangan saat pertama kali dilakukan bius di tulang punggung belakang. Saya yang sangat reflek selalu berubah ketika jarum suntik megenai tubuh. dr. C selaku dokter anastesi mengingatkan Saya jika selalu berubah bisa fatal.
Tapi memang reflek tubuh Saya saat itu begitu. Akhirnya beberapa petugas medis membantu dr. C untuk membius Saya agar tubuh Saya tidak reflek saat bersentuhan dengan jarum suntik.
Setelah dibius, pukul 16.00 WIB dr. S, Sp.Og masuk ke dalam ruangan dan seluruh petugas medis yang di sana mengenalkan diri dan mendeskripsikan tugasnya. Kemudian para petugas medis berdoa dan operasi pun di mulai pukul 16.10 WIB.
Operasi Caesar
Persalinan caesar ini diiringi dengan lagu-lagu yang diputar oleh salah satu petugas medis. Saya tidak request lagu dan juga tidak ditanya ingin lagu apa. Pikiran Saya saat itu masih seperti "entahlah" sambil melihat aktivitas operasi dari pantulan lampu di atas kasur bedah. Saya memperhatikan dr. S, Sp.Og saat mengoperasi.
Hanya butuh 6 menit membuka jalan lahir untuk adik. Saat adik lahir beberapa petugas medis langsung berkata, "Gemoy banget bu bayinya. Makan apa aja bu selama hamil." Kurang lebih seperti itu.
Akhirnya adik langsung dibersihkan untuk ditimbang dan lain sebagainya. Kemudian petugas medis yang membawa adik kembali ke dalam untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini) menginfokan berat badan dan tinggi badan adik saat lahir yaitu 4010 gram dan 53 cm.
Saat IMD karena memang tidak seperti melahirkan Kafa yang hanya ditemani oleh dua bidan dan suami serta Bunda Uti di luar ruang bersalin, IMD saat itu rasanya seperti lebih cepat jika dibandingkan dulu saat persalinan Kafa karena setelahnya adik dibawa kembali untuk diobservasi. Saya juga tidak paham jika persalinan caesar apakah boleh IMD berlama-lama seperti saat Saya melakukan persalinan pervaginam.
Karena di buku pink tertulis bahwa saat bayi lahir dilakukan IMD dengan cara kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibunya segera dalam waktu 1 jam setelah kelahiran dan berlangsung selama 1 jam.
Namun Saya bersyukur adik lahir lengkap tidak kurang suatu apapun dan ASI nya langsung keluar. Kemudian dr. S, Sp.Og meminta dokter lainnya untuk menyelesaikan operasi. Lama persalinan caesar ini kurang lebih satu jam.
Kemudian setelah operasi selesai Saya dipindahkan ke ruang tunggu pasca operasi untuk melihat apakah ada efek samping dan sejenisnya atau tidak. Saya hanya merasakan rasa gatal pada bagian tubuh tertentu pasca operasi yang berangsur-angsur mereda. Setelahnya Saya dibawa ke ruang inap.
Alhamdulillah karena Saya menggunakan BPJS, operasi caesar kelas 3 yang biayanya kurang lebih 20 jutaan rupiah dicover seluruhnya oleh BPJS. Saya hanya membeli obat Tofadek untuk pereda sakit pasca operasi.
Karena BPJS Saya juga kelas 3, jadi tidak bisa upgrade ke persalinan caesar dengan metode eracs karena untuk metode tersebut minimal BPJS kelas 1 baru bisa upgrade. Tetapi alhamdulillah semua berjalan dengan lancar sehat selamat sempurna.
Adik yang terlahir perempuan Kami beri nama Hawwana Qoulan Karima. Semoga tumbuh sehat, bahagia, ceria, dan menjadi anak sholihah yang membahagiakan orang tua, keluarga serta bermanfaat bagi sesama ya, Nak.
Begitulah kurang lebih kisah persalinan Hawwana yang mana operasi caesar ini menjadi operasi kelima yang telah Saya jalani semasa hidup di dunia. Untuk detail pasca operasi caesar mohon maaf akan Saya ceritakan di artikel yang akan datang karena artikel yang ini ceritanya sudah panjang.
Jika ada kesalahan pada prosedur atau ada yang perlu dikoreksi, mohon saya diinformasikan. Karena ini berdasarkan pengalaman dan sepengetahuan saya pribadi sebagai orang awam.
Semoga artikel tentang alasan melahirkan caesar ini bermanfaat dan bisa menyemangati para calon ibu dan para ibu hamil yang sedang menantikan buah hatinya untuk tetap semangat memberdayakan diri, sabar, ikhlas dan berserah diri. Usaha tidak akan menghianati hasil, tetapi ingat, hasil akhir adalah kuasa Tuhan. Wallahu a'lam.
Posting Komentar untuk "Alasan Melahirkan Caesar di Kehamilan Ketiga"
Mohon berkomentar yang bijak dan tidak menyisipkan link apapun ke dalam komentar karena dianggap spam. Terima kasih, ditunggu kembali kunjungannya :)